BEM FHUI

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Departemen Politik dan Hukum

Sekalipun Departemen Politik dan Hukum seringkali diasosiasikan dengan aksi demonstrasi turun ke jalan, namun sebenarnya fokus yang lebih penting adalah menjadi bagian dari solusi permasalahan bangsa melalui penyikapan secara rasional, logis, dan dengan kepala dingin, mengingat common enemy yang kita hadapi saat ini adalah berbagai permasalahan bangsa yang membutuhkan solusi dan penyelesaian, bukan sekadar demonstrasi. Hal ini merupakan awal dari pelaksanaan tugas kita sebagai mahasiswa, yaitu sebagai orang-orang yang akan membangun bangsa. Melalui program Diskusi Tulisan Aksi, misalnya, diharapkan mahasiswa FHUI dapat menumbuhkan rasa memiliki terhadap Indonesia, dan kesadaran bahwa masalah yang dihadapi negara Indonesia adalah sebenarnya masalah kita sebagai anak bangsa. Adalah tugas kita sebagai penentu masa depan bangsa untuk mulai belajar memberikan solusi bagi masalah-masalah yang dihadapi Indonesia dan terlebih lagi dunia.

Ketua : Agung Laksana P (0505000082)
Staff :
1. Sandoro Purba (**********)
2. Adi Setiawan (**********)
3. M. Farhan Krisnadi (**********)
4. Rahmat Abdurrahman (**********)
5. Alloysius Selwas (**********)
6. Ari Lazuardi P (**********)
7. Yusuf Ausiandra (**********)
8. Maria Astri Yunita (**********)
9. Sakti Lazuardi (**********)
10. Rian Alvin (**********)
11. Latifah Kusuma W (**********)
12. Indah (**********)
13. Valiska Nathania (**********)
14. Fahrurozi (**********)
15. Jose Andreas (**********)
16. Nisa Istiqomah N (**********)
17. Aldiano Fajara D (**********)
18. Erwin B Pasaribu (**********)
19. Marcia Stephanie (**********)
20. Omar Mardhi (**********)


Kembali ke halaman depan.

1 comments:

  1. Unknown said...
     

    Saya sepakat dengan pemikiran visi teman-teman terutama kesadaran untuk menjadi bagian dari solusi permaslahan bangsa. Namun, barangkali saya ingin sekedar menyampaikan pendapat saya mengenai posisi demonstrasi yang terkesan dalam pemaparan singkat rekan-rekan diposisikan sebagai sesuatu yang salah. Jujur saya menangkap rekan-rekan justru salah menafsirkan demonstrasi. Jika pemahaman rekan-rekan terhadap demo adalah satu-satunya bentuk perjuangan mahasiswa barangkali wajar jika teman-teman berpikiran demikian. Walau tidak bisa dipungkiri selama ini yang 'terlihat' dari upaya kontribusi mahasiswa atas melihat permasalahan bangsa adalah demonstrasi. Namun, pelbagai upaya lain yang 'cerdas', rasional, dan upaya kontributif lainnya pun tetap dilakukan, sejak kajian, hearing dengan anggota dewan, debat publik, sampai pada blue print sebgaimana yang tahun lalu dilakukan di zaman aji Satria. Demonstrasi adalah instrumen manakala upaya-upaya cerdas pun gagal untuk menyadarkan elite politik. Demo akan menjadi mass pressure yang efektif untuk mengingatkan penguasa jika benar-benar masak diperhitungkan. Atau kalaupun tidak efektif dia memiliki dua keuntungan: pertama sebagai alert atau pengingatan untuk publik bahwa ada permaslahan yang luput untuk diawasi publik, dan yang kedua menjadi penabuh gendang agar elemen lain yang memiliki concern yang sama termotivatsi untuk bergerak mengatasi permasalhan yang menjadi fokus isu. Demikian barangkali.
    Satu hal yang jauh lebih penting yang mutlak perlu ada pada departemen politik hukum, adalah kesdaran, kepedulian , dan sensivitas dalam memandang permaslahan bangsa. Saya dukung dan tunggu upaya konkret rekan-rekan di tahun ini.
    Salam
    Cukuplah Islam menjadi pedomanku untuk hidup bahagia dunia akhirat.
    Sahabatmu sekalian
    Umar Badarsyah :)

Post a Comment